Senin, 15 Februari 2016

Anda Perlu Membuat Rencana

oleh Rick Warren


“Rencana orang rajin membawa kelimpahan; tindakan tergesa-gesa mengakibatkan kekurangan.”  (Amsal 21:5)

Bersaat teduh tidak jauh berbeda dengan banyak kegiatan lain yang anda lakukan – sekurang-kurangnya dalam satu hal.  Supaya berhasil, anda perlu merencanakannya dengan baik.  Alkitab berkata, “Rencana orang rajin membawa kelimpahan; tindakan tergesa-gesa mengakibatkan kekurangan.” (Amsal 21:5)

Bila anda tidak pernah saat teduh sebelumnya, mungkin anda tidak tahu harus membuat rencana yang bagaimana.  Kesederhanaan merupakan hal penting dalam setiap rencana.  Bila terlalu rumit, mudah sekali bagi anda untuk tidak melakukannya. Untuk memiliki saat teduh yang efektif, yang benar-benar anda perlukan hanyalah sebuah Alkitab, buku catatan, dan barangkali sebuah buku nyanyian. 

Jadi seperti apakah saat teduh itu?

Pertama, diamlah di hadapan Allah.  Alkitab menyebutnya menanti-nantikan Allah.  Anda mulai dengan duduk diam dan tutup mulut.  Ketika anda melakukannya, anda akan merasakan mesin tubuh anda melambat dan anda menjadi tenang. 
Kedua, naikkan doa pendek.  Mulailah dengan sebuah doa pembukaan yang pendek,  Mintalah Allah untuk membuka pikiran anda dan menuntun anda.  Minta Dia untuk membersihkan pikiran anda.

Bacalah satu bagian pendek dari Firman Allah.  Di sinilah percakapan anda dengan Allah dimulai.  Ia akan mulai berbicara melalui FirmanNya, dan kemudian anda berbicara kepadaNya melalui doa.  Bacalah Alkitab perlahan-lahan.  Jangan membaca terlalu cepat atau terlalu banyak.  Semakin lambat anda membaca, semakin anda dipaksa untuk memikirkan apa yang anda baca.

Renungkan Firman Alah.  Ambillah waktu untuk mencerna apa yang dikatakan Allah.  Kunyah Firman Allah seperti sapi mengunyah rumput.  Pikirkan dan gumulkan itu dalam pikiran anda.  Ada banyak metoda hebat untuk merenungkan Firman Allah.  Anda bisa mempelajari beberapa metoda merenungkan Firman Allah dalam buku saya Rick Warren’s Bible Study Methods.

Tuliskan penemuan anda.  Ketika Allah berbicara kepada anda melalui FirmanNya, bersikaplah peduli dengan menuliskannya.  Itu akan menolong anda mengingat apa yang telah dikatakan Allah kepada kita dan mencatat penemuan-penemuan kita

Berdoalah sekali lagi.  Tenanglah.  Mintalah Allah menunjukkan FirmanNya.  Berbicaralah kepada Allah tentang apa yang dikatakanNya kepada anda.  Ceritakan kepadaNya pa yang ada dalam pikiran anda tentang apa yang dikatakanNya.  Berbicaralah dengan Dia tentang segala segala sesuatu yang ada dalam pikiran anda juga.
Ada banyak cara untuk bersaat teduh, tetapi mengikuti satu rencana seperti ini akan menolong anda untuk memulai perjalanan devosional yang sungguh memuaskan.

Percakapkan
Pernahkah anda memandang saat teduh sebagai percakapan yang akrab dengan Allah?

SAHABAT Si Andoy

oleh Bunda Maria Santa Perawan Suci pada 02 Maret 2011 jam 12:33

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan. Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu Andoy? Apakah kamu akan ke sekolah ?"
"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andoy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyeberang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan, jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."
"Terima kasih, Bapa Pendeta."
"Kenapa kamu tidak pulang sekarang?? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"
"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan .. sahabatku."
Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan!. Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. Lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini selopku yang terakhir, aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa .. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.

Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah. Tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi, tolong Tuhan??
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu,
Tuhan. Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini .. disini .. aku rasa Engkau tahu yang ini khan ..?? Tolong jangan marahi Ibuku ya ..??? Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku.. Itulah mengapa dia memukul kami.

Oh Tuhan, aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik di kelasku, namanya Anita... Menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku ??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??
Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau akan menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andoy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta.. Bapa Pendeta.. aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun. Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andoy tiba dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan.. aku ...'
"Kurang ajar kamu bocah!!! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa??!!! Keluar!!!"

Andoy begitu terkejut, " Di mana Bapa Pendeta Agaton ..??? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. Dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus - ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya."

Ketika Andoy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja. Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah .. kamu akan mendapatkannya !!!"

Oleh karena itu Andoy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Dia mulai menyeberang. Ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - di situ ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andoy melindungi hadiah tersebut di dalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar .. dan Andoy tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul dari mana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis. Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini? Apakah anda mengenalnya?" Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata," Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dia katakan. Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya di dadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andoy.

"Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?"
"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andoy
terisak.
"Apa katanya ?"
Ayah Andoy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andoy. Sepertinya Dia begitu mengenal Andoy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan menegani Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andoy dari wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu .."
"Apa yang dia katakan ?"

"Dia berkata kepada puteraku .." ujar sang Ayah, "Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian . semuanya itu terasa begitu indah.. Aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia.. Aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita di dalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta.. siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu ? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal ."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik," Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa .. kecuali dengan Tuhan."